BAB II
PEMBAHASAN

A.    FILSAFAT PENDIDIKAN TENTANG MANUSIA

Manusia sebagai penghuni alam jagat ini ternyata banyak mengikut kepada hukum yang berlaku di alam jagat ini. Namun sebagai makhluk, dia bukanlah sebagai makhluk-makhluk lain. Ia diberi Tuhan ciri-ciri khusus untuk membolehkannya memegang jabatan sebagai wakil atau khalifah Allah di atas bumi.[1]
Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia, bahwa mereka harus melaksanakan tugas-tugas hidup yang dilaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan sempurna, sejak zaman kehidupan mereka yang sederhana, dihutan rimba dan digoa batu, atau ditempat lainnya, sampai kehidupan umat abad 21 ini. Di dalam kehidupan manusia yang sederhana, mereka bersusah payah dan penuh kesulitan yang beragam dalam menghadapi perjuangan hidup, bersama dengan hewan dan makhluk lainnya dalam memperebutkan makanan dan tempat tinggal.
Kita sebagai orang awam sudah puas dengan jawaban pancaindra, karena sudah menyaksikan dengan mata sendiri, bahwa manusia itu ada. Tetapi, ahli pikir seperti H.V.Loon tidak puas dengan hal demikian. Ia ingin hakikat, yakni hakikat hidup. Yang nyata itu belum tentu benar. Berapa banyak orang yang dikelirukan oleh pandangan mata dan pendengaran telinganya. Tanggapan pancaindra manusia terbatas, oleh karena itu, tidak dapat dijadikan pegangan yang kuat dan meyakinkan. Karena kurang percaya pada alat pancaindra itulah, maka Descartes(1596-1650), Filosof beraliran Rasionalisme yang berkebangsaan Prancis yang dalam usianya yang sudah lanjut mempertanyakan tentang ada atau tidak ada dirinya. Dia bertanya, justru karena dia mengerti barang-barang yang infra human, artinya dibawah taraf manusia, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, tidak dapat bertanya karena tidak mengerti. Manusia mengerti, manusia menangkap dirinya. Dalam tangkapan itu, timbullah pertanyaan tentang diri sendiri dan arti hidupnya. Oleh karena itu, wajib bagi manusia menyadari dengan sungguh-sungguh akan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi. Proses pemikiran manusia seperit ini dalam kehidupan manusia, juga mendasari perkembangan filsafat pendidikan atau sebagai dasar filsafat pendidikan. Dalam perkembangan sejarah umat manusia, maka tampillah manusia-manusia unggul yang mengadakan perenungan, pemikiran, penganalisisan terhadap problem hidup dan kehidupan, dan alam semesta.
Proses kehidupan umat manusia pada abad ke-XX telah mengalami perubahan drastis. Pembangunan yang luar biasa dari ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong kehidupan umat manusia, prosesnya lebih maju 100 tahun dari sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi, maka jarak antarbenua terasa semakin dekat, baik melalui hubungan transportasi, telekomonikasi, dan lain-lain. Peristiwa yan terjadi disuatu Negara telah dapat diketahui pada saat itu juga, atau relative cepat diketahui oleh negara lain. Dan masih banyak lagi dalam penggunaan teknologi canggih yang ada dinegara kita, yang semula dianggap mustahil dan ajaib sekarang sudah menjadi barang biasa.
Manusia  sebagai  makhluk  hidup  umumnya  mempunyai  ciri-ciri  sebagai  berikut.
1.      Organ  tubuhnya  kompleks dan  sangat  khusus, terutama otaknya.
2.      Mengadakan  metabolisme atau  penyusunan dan pembongkaran zat,  yaitu ada zat yang masuk dan keluar.
3.      Memberikan tanggapan terhadap rangsangan ari dalam dam luar.
4.       Memiliki potensiuntuk berkembang.
5.      Tumbuh dan berkembang.
6.      Brinteraksi dengan lingkungannya.
7.       Bergerak.
Apabila dibandingkan dengan tubuh hewan tingkt tinggi lainnya, seperti gajah, harimau, burung dan buaya, tubuh manusia lebih lemah.  Gajah dapat mengangkat balok yang berat,  harimau dapat berjalan cepat,  burung dapat tebang,  dan  buaya dapat berenan cepat. Sekalipun  demikian, rohani manusia, yaitu akal budi dan kemauannya, mnusia dapat menggembangkan  lmu pengetahuan dan tegnologi.  Dengan kedua alat tersebut,  manusia dapat menguasai dan  mengungguli makhluk lain.
Dalam perspektif filsafat pendidikan, manusia merupakan sumber pengeahuan karena dari manusialah,  pendidikan dilahirkan  pertama kali, bahkan orang-orang sifi mengatakan, “barangsiapa ingin mengethui ang pencipta,  pelajarilah jiwa manusia”,
Manusia memiliki salah satu sifat yang paling esensial, yaitu berpikir, dan lahirnya filsafat pendidikan tentang manusia berasal dari pemikiran manusia tantang jati dirinya yang unik dan misterius.
Adapun fungsi pendidikan tantang manusia adalah ;
1.      Meningkatkan pola hidup manusia dimuka bumi
2.      Meningkatkan  kebudayaan masyarakat dalam merekayasa dan mengengploitasikan alam
3.      Meningkatkan kemandirian manusia dalm bertahan hidup
4.      Memelihara kelangsungan reproduksi
5.      Mewaspadai gejala alam  yang  akan  menimbulkan petaka bagi manusia
6.      Memelihara dirinya dari berbagai ancaman penyakit
7.      Beradaptasi dengan kondisi alam yang  berubah-ubah
8.      meningkatkan harkat dan martabat manusia dari sgi penidikan kealaman
9.      fungsi ekonomi, politik, agama dan sosial budaya ; dan
10.  sarana pengabdian kepada Tuhan.[2]

B.     Filsafat Pendidikan
Pendidikan  adalah  persoalan  yang  melekat  secara  kodrati  didalam  diri manusia. Pendidikan  terjadi  ketika  manusia  berinteraksi  dengan  dirinya, dengan  masyarakat, dengan  alam  dan  dengan  Tuhan.
Dengan  kata  lain,  hubungan  kodrat  antara  pendidikan  dan  manusia, pada taraf  eksternal,  bagaikan  hubungan   antara  jiwa  dan  badan  manusia. Hal 91
Fakta  kehidupan  demikian  mendorong  perlunya  dibangun  kembali  filosofi pendidikan  yang  sesuai  dengan  kodrat   hidup  manusia.  Dengan  filosofi  pendidikan  baru  diharapkan  penyelenggaraan  pendidikan  bisa  mengharmonisasikan  antara  tujuan  pendidikan  dengan  tujuan  kehidupan  manusia,  sehingga  jurang  pemisah  itu  bisa  juga  dijembatani  dan  jalan  menuju  perkembangan  kehidupan  manusia  lebih  lapang.
Filsafat  adalah   induk  semua  bidang  ilmu  dan  disiplin  ilmu  pengetahuan,  dengan  sudut  pandang  yang  bersifat  komprehensif  berupa  ‘hakikat’ Artinya,  filsafat  memandang  setiap  objek  dari segi  hakikatnya  sedangkan  pendidikan  adalah suatu  bidang studi  sekaligus  disiplin  ilmu  pengetahuan  yang  persoalan  khususnya  adalah  ‘menumbuh  kembangkan  potensi  manusia  menjadi  semakin  dewasa  dan  matang  (maturity  human  potens)’.  Jadi filsafat  pendidikan  mempunyai  persoalan  sentral  berupa  hakikat  pematangan  potensi  manusia.
Tradisi  filsafat  adalah  selalu  berpikir  dealiktif  dari  tingkat  metafisis  disebut  aspek  ontologi,  tingkat  teoritis  disebut  epistemologi,  dan  tingkat  praktis  disebut  aspek  etika.
Jika  diterapkan  pada  kegiatan  pendidikan,  aspek  ontologi  adalah  proses  pendidikan  dengan  penekana  pada  pendirian   filsafat  hidup.  Suatu  pandangan  hidup  yang dijiwai  nilai  kejujuran.  Dari filsafat  hidup  tersebut,  diharapkan  adanya  pertumbuhan  dan  perkembangan kematangan  spiritual,  berupa  wawasan  luas  yang  menyeluruh  dan  padu  meliputi  asal-mula  eksistensi, dan  tujuan hidup.
Sedangkan  aspek  epistemology  pendidikan  menekankan  sistem  kegiatan  pendidikan  pada ‘Pembentukan  Sikap  Ilmiah’,  suatu  sikap  yang  dijiwai  nilai  kebenaran.  Dari  sikap  ilmiah  itu,  diharapkan  adanya  pertumbuhan  dan  perkembangan  kematangan  intelektual,  berupa kreativitas dan  keterampilan  hidup.
Sedangkan  aspek  etika  pendidikan menekankan  pada  sistem  kegiatan  pendidikan  pada  pengembangan  perilaku  tanggung  jawab,  suatu  perilaku  yang  dijiwai  oleh  nilai  keadilan.  Dengan  perilaku  bertanggung  jawab  ini  diharapkan  kematangan  emosional  bisa  tumbuh  dan  berkembang,  yaitu  kemampuan  pengendalian  diri  untuk  tidak  melakukan  perbuatan  yang  melampaui  batas.
Ketiga  taraf  sistem  kegiatan  pendidikan  tersebut  saling  berhubungan  antara   satu   dengan  yang lainnya  secara  kausalistik. Aspek  ontology  mendasari  aspek  epistemology  dan  aspek  epistemology  memberikan  jalan  atau  metode  kepada  aspek  etika,  sedangkan  aspek  etika  merupakan  hasilnya.
Paradigma filosofi pendidikan  dipergunakan  sebagai  landasan  penyelenggaraan  pendidikan  baik  didalam  keluarga,  sekolah,  maupun  dalam  kehidupan  masyarakat,  dapat  diharapkan  kehidupan  masyarakat  bisa  diliputi  dengan  nilai-nilai  kejujuran,  kebenaran,  dan keadilan.  Dengan  demikian,  perkembangan  kehidupan  masyarakat  secara  cultural  manusiawi  diharapkan  bisa terwujud.  .
C.       Ruang lingkup filsafat pendidikan
Ruang lingkup filsafat pendidikan  adalah sebagai berikut ;
1.      Pendidik
2.      Merid atau anak didik
3.      Materi pendidikan
4.      Perbuatan mendidik
5.      Metode pendidikan
6.      Evaluasi pendidikan
7.      Tujuan pendidikan
8.      Alat-alat pendidikan
9.      Lingkungan pendidikan
PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan. Tujuan proses perkembangan itu secara alami ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh menuju ketingkat kedewasaan, kematanga. Potensi ini akan terwujud apabila prakondisi alamiah dan social manusia memungkinkan, misalnya: iklim, makanan, kesehatan, keamanan, relative sesuai dengan kebutuhan manusia.
Apakah makna kedewasaan, kematangan diatas bersifat biologis-jasmaniah, rohaniah(pikir, karsa dan rasa), atau cara moral dalam arti bertanggung jawab, sadar-normatif. Persoalan ini sudah mencakup scope dan pengertian tujuan pendidikan yang harus didasarkan pula atas system nilai dan asas-asas normative suatu kebudayaan, dengan demikian masalah tersebut sudah merupakan bidang filsafat pendidikan. Sebab lebih dari pada hanya perkembangan yang berasas teleologis secara alamiah itu, manusia pun mengandung potensi-potensi human dengan martabat kemanusiaannya. Manusia dengan kodrat human dignity itu, memiliki kesadaran diri (self-existence), potensi piker, rasa dan karsa. Bahkan manusia mempunyai dorongan untuk merealisasi potensi-potensi psikologisini supaya berkembang sebagai satu self-realization dan ideal-self guna berfungsi dan bermanfaat bagi hidup pribadi dan sosialnya.
Manusia kemudian melihat kenyataan, bahwa tidak semua manusia berkembbang sebagaimana diharapkan. Lahirlah didalam pemikiran manusia problem-problem tentang kemungkinan-kemungkinan perkembangan potensi manusia itu. Manakah yang lebih menentukan potensi yang kodrati, faktor-faktor alam sekitar, factor luar, khususnya pendidikan. Tema problem ini memang klasik, karena memang sudah lama ada didalam kontteks filsafat, psikologi, pendidikan, genetika dan sebagainya.
Sesungguhnya adanya aktifitas dan lembaga-lembaga pendidikan merupakan jawaban manusia atas problema itu. Karena umat manusia berkesimpulan dan yakin bahwa pendidikan itu mungkin dan mampu mewujudkan potensi manuusia sebagai aktualitas, mata pendidikan itu diselenggarakan.
Timbulnya problem dan pikiran pemecahannyaitu adalah bidang pemikiran filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan. Ini berarti pendidikan adalah pelaksanaan dari pada ide-ide filsafat. Dengan perkataan lain ide filsafat yang member asas kepastian bagi nilai peranan pendidikan bagi pembinaan manusia ttelah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga pendidikan dan aktifitas penyelenggaraan pendidikan. Jadi peranan filsafat pendidikan merupakan sumber pendorong adanya pendidikan. Dalam bentuknya yang lebih terperinci kemudian, filsafat pendidikan manjadi jiwa dan pedoman asasi pendidikan.
Ide-ide filsafat pendidikan antara lain:
1.      Teori (hukum) Empirisme, yaitu mengajarkan bahwa perkembangan pribadi ditentukan oleh factor-faktor lingkungan, terutama pendidikan.
2.      Teori (hukum) Nativisme, yaitu perkembangan pribadi ditentukan oleh hereditas atau factor pembawaan.
3.      Teori (hukum) Konvergensi, yaitu perkembangan pribadi ditentukan oleh factor internal (potensi hereditas) maupun factor eksternal (lingkungan, pendidikan).
Filsafat dan pendidikan adalah tak terpisahkan. Filsafat adalah menetapkan ide-ide dan idealism, dan pendidikan merupakan usaha merealisasi ide-ide itu menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian. Tujuan pendidikan ada juga tujuan filsafat-kebijaksanaan, dan jalan yang di tempuh filsafat adalah juga jalan yang dilalui pendidikan-bertanya dan menyelidiki yang dapat membimbing kearah kebijaksanaan.
Fungsi filsafat pendidikan antara lain:
1.    Fungsi spekulatif, filsafat pendidikan berusaha mengerti keseluruhan persoalan pendidikan dan antarhubungannya dengan factor-faktor lain yang mempengaruhi pendidikan
2.    Fungsi Normatif, sebagai penentu arah, pedoman, filsafat penndidikan memberikan norma dan pertimbangan bagi kenyataan-kenyataan normatif dan kenyataan-kenyataan ilmiah yang pada akhirnya membentuk kebudayaan.
3.    Fungsi Kritik, berarti pula analisis dan komparatif atas sesuatu untuk mendapat kesimpulan.
4.    Fungsi teori bagi prektek, semua ide, konsepsi, analisa, dan kesimpulan-kesimpulan filsafat pendidikan adalah berfungsi teori. Dan teori ini adalah dasar bagi pelaksanaan/praktik pendidikan. Filsafat memberikan prinsip-prinsip umum bagi suatu praktik.
Fungsi Integratif, mengingat fungsi filsafat pendidikan sebagai asas kerokhanian atau rohnya pendidikan, maka fungsi integrative filsafat pendidikan adalah wajar. Artinya, sebagai pemadu fungsional semua nilai dan asas normative dalam ilmu kependidikan


[1] Hasan langgulung,Manusia dan Pendidikan, Jakarta: Radar jaya Offset,1986,hal 74
[2] Drs. Anas sahudin, filsafat pendidikan  Bandung CV Pustaka setia 2011 hal  91

0 komentar:

Posting Komentar

 
Catatan Neng Bintang. Template Design By: SkinCorner